Si Yatim jadi Guru (Bagian Tujuh) # Tantangan menulis hari ke 77#

Satu minggu pertama sekolah, aku selalu di antar oleh ayah. Minggu berikutnya aku sudah pergi sendiri, berjalan bersama teman - teman. Tidak mungkin ayah mengantarku seterusnya, ayah harus berjualan ikan. Kalau tidak berjualan dengan apa kami makan.

Aku berangkat harus lebih awal dari biasanya, karena Jarak dari rumah ke sekolah, lumayan jauh. Kira-kira satu setengah kilometer. Berjalan bersama teman tidak terasa lelah, lagi pula kendaraan belum begitu banyak. Sehingga nyaman untuk berjalan kaki.

Hari berganti minggu, minggupun berganti bulan, waktu terus berlalu. Ujian kenaikan kelas sudah berlalu. Waktu terima raporpun datang. Bu guru sudah mengumumkan, “bahwa hari sabtu besok kita terima rapor” kata bu guru. Hari sabtu yang ditunggupun datang. Semua siswa dibariskan di halaman sekolah. Bapak kepala sekolah memberikan penjelasan dan memberi selamat kepada yang juara. Tidak lupa Bapak kepala sekolah berpesan, bahwa setelah terima rapor diliburkan empat puluh hari atau yang dinamakan libur panjang.

Bapak kepala sekolah sudah selesai memberikan penjelasan. Kini tiba saatnya membacakan pemuncak atau juara kelas. Satu persatu juara kelas dipanggil kedepan untuk menerima hadiah. Kelas yang pertama kali dipanggil adalah kelas satu. hatiku berdebar, semoga aku dapat juara, aku berkata dalam hati.

“ Anak – anak semuanya, kita panggil dari kelas satu terlebih dahulu” suara bu guru terdengar jelas. Kemudian bu guru melanjutkan pembicaraannya” Juara tiga diraih oleh…Nofrizal, Nofrizal dipersilahkan berdiri kedepan” Nofrizalpun bergegas kedepan barisan disambut tepuk tangan riuh oleh semua siswa.. Kemudian bu guru melanjutkan lagi” Juara dua diraih oleh… Afdal” tanpa diperintah, aku bergegas kedepan sambil tersenyum. Bu guru kemudian melanjutkan” Juara satu diraih oleh Hendriani” tepuk tangan terdengar semakin meriah. Begitu selanjutnya sampai kelas enam.

Setelah selesai seluruh juara kelas dipanggil, hadiapun diberikan kepada masing – masing juara. Pembagian hadiah selesai. Semua siswa disuruh masuk kelas masing – masing untuk menerima rapor. Akupun bergegas masuk kelas, gembira hati tidak terkira, tekatku makin membara “ semester depan harus juara satu” batinku. Selesai terima rapor akupun bergegas pulang, ingin segera memberi tahu ayah dan ibu.

Setiba dirumah,” Bu , bu, Bu “ teriakku.

Ibu yang sedang didapur, tergesa gesa keluar menyongsong kedatanganku, “ ada apa nak, kok seperti orang dikejar setan” ibu berkata cemas.

“ Afdal dapat juara bu” teriak Afdal kegirangan.

“ Alhamdulillah, anak ibu memang pintar. Memangnya Afdal dapat juara berapa ” ibu berkata sambil memelukku.

“ Juara dua bu, tapi besok afdal harus juara satu” jawab Afdal bersemangat.

“ Bagus kalau begitu, memang agama kita menganjurkan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hai esok harus lebih baik dari hari ini, jika hari ini sama dengan hari kemarin, termasuk yang merugi” ibu menjelaskan panjang lebar.

“ Iya bu, Afdal ganti baju dulu” jawabku singkat.

Aku segera berlalu menuju kamar untuk mengganti baju. Tidak lama kemudian aku sudah berada di meja makan. Sudah menjadi kebiasaanku, setelah pulang sekolah aku langsung makan, apalagi hatiku saat ini sedang gembira ria. Ibupun sudah memasak makanan kesukaanku,

Painan, 05 April 2020

#TantanganGurusiana (hari ke-77)